Latar Belakang Kehadiran Inovasi dalam Bidang Pendidikan
Dalam sejarah manusia belum
pernah terjadi begitu besar perhatian masyarakat terhadap perubahan sosial,
seperti yang terjadi pada akhir abad ke-20 ini. dengan kemajuan teknologi yang
sangat cepat maka berubah dengan cepat pula berbagai bidang kehidupan.
Teknologi berubah, sarana kehidupan berubah, pola tingkah laku berubah, tata
nilai berubah, sistem pendidikan dan berubah pulalah sebagai macam pranata
sosial yang lain. Dampak dari cepatnya perubahan sosial, meningkatkan kepekaan
dan kesadaran warga masyarakat terhadap permasalahan sosial. Hal ini terbukti
dengan adanya berbagai macam bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh warga
masyarakat, seperti pelajar, mahasiswa, ibu-ibu pengelolah rumah tangga,
pengusaha, pimpinan agama.
Perubahan sosial menjadi satu
kebutuhan karena dengan memahami proses perubahan sosial serta sistem
pengelolahannya akan dapat mengarahkan terjadinya perubahan sosial keraha
tujuan yang akan dicapai secara efektif. Pada hakikatnya setiap perubahan
sosial itu bersifat kompleks dan relatif ( Ibrahim,hal. 5). Kompleks artinya
akan menyangkut berbagai bidang kehidupan dan relatif artinya dari sati sudut
pandang yang menguntungkan tapi dari sudut pandang yang lain dapat merugikan.
Agar lebih jelas gambaran
tentang perubahan sosial itu bersifat kompleks dan relatif, dapat kita lihat
beberapa contoh berikut. Dengan adanya revolusi industri yang pertama maka
tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin. Mesin terus menguntungkan perusahaan
karena dengan menggunakan mesin, hasil produksi meningkat dalam waktu relatif
singkat, tetapi dari sudut lain adanya mesin merugikan masyarakat karena dapat
mengurangi kesempatan kerja. Timbul masalah baru bagaimana menyalurkan tenaga
kerja manusia atau membuka lapangan kerja yang baru, disamping itu dengan
digunakannya mesin perlu dipesiapkan tenaga yang tergigih agar dapat
menggunakan dan merawat mesin. Hal itu tentu saja berpengaruh pada perlunya
perubahan program pendidikan.
Perubahan sosial merupakan
perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada individu, kelompok individu
maupun organisasi. Perubahan itu terjadi disebabkan karena terjadinya interaksi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, organisasi dengan kelompok atau organisasi dengan organisasi.
Perubahan sosial berdampak pada
sistem pendidikan yaitu, adanya perubahan paradigma dalam pendidikan. Sampai
saat ini pendidikan kita telah melalui tiga paradigma, yaitu paradigma
pengajaran ( teaching), pembelajaran
( instruction), dan proses belajar (learning) (Dewi Salma P, 2000, hal.2)
Paradigma pengajaran (teaching) dapat diartikan bahwa
pendidikan hanya terjadi di sekolah, dimana sudah ada guru yang mengajar. Guru
sebagai satu-satunya narasumber yang akan mentransfer ilmu. Dalam proses
pembelajaran, guru berperan sebagai penyaji materi artinya guru menjelaskan
materi kepada siswa, sedangkan siswa menyimak dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Alat bantu mengajar yang digunakan oleh guru bersifat
mendukung penjelasan guru, alat bantu tersebut ditentukan oleh guru.
Contoh, guru mengajarkan
pelajaran biologi tentang hewan dan tumbuhan. Guru memberikan informasi dengan
berpedoman pada buku dalam menyajikan materi. Guru tidak melibatkan peran aktif
siswa.
Paradigma kedua adalah paradigma
pembelajaran (instructional).
Paradigma ini lebih memberikan perhatian kepada siswa. Dalam paradigma ini guru
tidak hanya sebgai satu-satunya narasumber dan tidak hanya sebagai pengajar,
namun juga sebgai fasilitator yang membantu siswa belajar. Proses komunikasi
dan pendekatan sistem mulai diterapkan pada paradigma ini, sebagai proses
komunikasi guru berperan sebagai komunikator atau pengirim pesan. Tugas guru
sebagai komunikator adalah mengolah pesan dan menentukan penyampaian agar pesan
dapat diterima dengan baik oleh siswa. Penerapan pendekatan sistem yaitu guru
sebagai subsistem berperan dalam merancang, mengelolah dan menilai proses
pembelajaran. Media digunakan sebagai sumber belajar dan guru sebagai fasilitator.
Paradigma ketiga adalah proses
belajar (learning), paradigma ini menggalih lebih dalam lagi seluruh aspek
belajar, tidak hanya proses belajar yang berada dalam lingkungan pendidikan
formal tapi juga di lembaga non formal.
Perkembangan pendidikan menurut
Eric Ashby (1972) mengalami empat revolusi.
1. Revolusi pertama, masyarakat memberikan
wewenang pendidikan terhadap orang tertentu (sufi) sehingga timbul profesi
guru. Revolusi ini mengakibatkan pergeseran pendidikan dirumah dan orang tua
kearah pendidikan formal di sekolah. Pada sekitar lima ratus tahun sM kita
mengenal kaum sufi sebagai penjual ilmi pengetahuan, yaitu orang yang memberika
pelajaran dengan mendapatkan upah. Ada tiga cara yang dilakukan kaum sufi dalam
menyebarkan ilmu pengetahuan. Pertama,
kaum sufi mempersiapkan secara teliti terlebih dahulu sebelum menstransfer ilmu
pengetahuan kepada masyarakat. Kedua,
materi-materi yang diberikan, disesuaikan dengan keinginan masyarakat. Ketiga, melakukan berbagai diskusi
dengan masyarakat yang belajar. Kaum sufi berpendapat bahwa semua orang
mempunyai potensi untuk berkembang dan sama-sama mempunyai tanggung jawab
sosial untuk mengatur dunia, tetapi semua itu hanya dapat dilakukan melalui
pendidikan.
2.
Revolusi kedua, dipakai bahasa tulisan di samping
bahasa lisan dalam menyajikan pelajaran di sekolah. Revolusi kedua merupakan
perkembangan dari revolusi pertama, dimana pada saat pembelajaran dengan
ceramah dan diskusi. Revolusi kedua ini
berkembang dengan adanya bahasa tulisan dan menyajikan pelajaran.
3.
Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang
pada gilirannya menyebabkan banyaknya buku yang tersedia di sekolah. Revolusi
ketiga ini awal digunaknnya buku-buku sebagai sumber ilmu pengetahuan.
4.
Revolusi keempat, teknologi modern dalam
bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan (software) yang disajikan telah
mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan. Pada revolusi ini
telah dimanfaatkan teknologi modern software
atau hardware dalam bidang pendidikan.
Perkembangan pendidikan
semakin maju pesat di abad ke-21. Abad ke-21 merupakan abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena
teknologi merupakan suatu keharusan dalam menghadapi era globalisasi. Kemajuan
teknologi salah satunya adalah teknologi komunikasi yang menunjang proses
belajar tanpa batas, seperti pembelajaran mandiri melalui internet. Belajar
mandiri merupakan inti dan proses pembelajaran di masa depan yang cepat,
intensif dan serba terkini (up to date). Belajar mandiri ini pada abad ke-21
ini disebut Cyber Learning. Cyber learning merupakan akumulasi
informasi yang serba cepat dan mudah untuk dikuasai. Dengan demikian, masuknya
proses pembelajaran Cyber Learning
akan membuyarkan perbedaan antara pendidikan sekolah dan luar sekolah.